Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
nilai-nilai yang diwujudkan dalam perilaku nyata sehari-hari yang bersumber
dari norma agama, etika, adat istiadat, budaya, maupun undang-undang atau
peraturan.
Di lingkungan masyarakat maupun keluarga
sebenarnya upaya menumbuhkan karakter yang baik telah banyak dilakukan, seperti
sopan santun, jujur, atau bertanggung jawab. Namun demikian, upaya-upaya itu
belum secara luas tampak dalam kehidupan sehari-hari, dan belum menjadi
karakter yang menyatu dengan pribadi keseharian.
Pendidikan karakter seharusnya mengikuti
langkah-langkah yang sistematis, dimulai dari
pengenalan nilai secara kognitif, langkah memahami dan menghayati nilai secara afektif, dan langkah pembentukan tekad secara konatif. Ki Hajar Dewantoro menterjemahkannya dengan kata-kata cipta, rasa, dan karsa.
pengenalan nilai secara kognitif, langkah memahami dan menghayati nilai secara afektif, dan langkah pembentukan tekad secara konatif. Ki Hajar Dewantoro menterjemahkannya dengan kata-kata cipta, rasa, dan karsa.
Pendidikan karakter dalam
pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran
akan pentingnya nilainilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam
tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang
berlangsung di dalam maupun di luar kelas.
Matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan modern. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Dan untuk membekali diri tidak cukup hanya dengan membekali penguasaan
kognitif, namun diperlukan pembentukan karakter.
Karakter utama untuk pelajaran matematika
meliputi berpikir logis, kritis, kerja keras, keingintahuan, kemandirian,
percaya diri. Integrasi pendidikan karakter secara
terintegrasididalamprosespembelajaran matematika dilaksanakan mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
Ada beberapa hal
lain yang perlu dilakukan oleh guru untuk mendorong dipraktikkannya nilai-nilai. Pertama,
guru harus merupakan seorang “Model” dalam karakter. Dari awal hingga akhir
pelajaran, tutur kata, sikap, dan perbuatan guru harus merupakan cerminan dari
nilai-nilai karakter yang hendak ditanamkannya.
Kedua, pemberian
reward kepada siswa yang menunjukkan karakter yang dikehendaki dan pemberian
punishment kepada mereka yang berperilaku dengan karakter yang tidak
dikehendaki. Ketiga, harus
dihindari olok-olok ketika ada siswa yang datang terlambat atau menjawab
pertanyaan atau berpendapat kurang tepat/relevan. Selain itu, setiap kali guru
memberi umpan balik atau penilaian kepada siswa, guru harus mulai dari
aspek-aspek positif atau sisi-sisi yang telah kuat/baik pada pendapat, karya,
dan/atau sikap siswa. Guru memulainya dengan memberi penghargaan pada hal yang
telah baik dengan ungkapan verbal dan/atau non-verbal dan baru kemudian
menunjukkan kekurangan-kekurangannya dengan ‘hati’. Dengan cara ini sikap-sikap
saling menghargai dan menghormati, kritis, kreatif, percaya diri, santun, dan
sebagainya akan tumbuh dengan
sendirinya/baik.
0 komentar:
Posting Komentar